Kelompok 13 – 1EB11
·
Dewi Tri Astuti
(21216909)
·
Endah Dahlia
(2B215195)
·
Puspa Handini
(2B215167)
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DI
PROVINSI-PROVINSI DI INDONESIA
Sebagai
Negara kepulauan, perkembangan wilayah di Indonesia biasanya merupakan
wujud dari keinginan masyarakat di suatu daerah untuk tumbuh dan berkembang
dari segi ekonomi, politik, sosial, budaya dan keamanan dalam dimensi geografis.
Perkembangan ini bisa kita kaitkan dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses
kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic
growth). Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Di
Indonesia, pola perkembangan wilayah sebelum tahun 1998 mengalami perubahan
sejak bergulirnya era reformasi setelah tahun 1998. Fenomena tersebut merupakan
konsekuensi dari perubahan kebijakan sentralisasi menjadi desentralisasi
(otonomi daerah). Kebijakan tersebut tertuang dalam UU No. 5 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004.
Dalam rangka implementasi kebijakan tersebut maka dikeluarkan PP No. 129 tahun
2000 tentang persyaratan dan tata cara pembentukan daerah otonom baru,
penghapusan dan penggabungan daerah otonom. Peraturan Pemerintah tersebut
kemudian diganti dengan PP No. 78 tahun 2007.
·
Pembangunan
Ekonomi Tahun 2012
Kinerja
perekonomian Indonesia pada tahun 2012 cukup menggembirakan di tengah
perekonomian dunia yang melemah dan diliputi ketidakpastian. Pertumbuhan
ekonomi dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup tinggi, yaitu 6,2%, dengan
inflasi yang terkendali pada tingkat yang rendah (4,3%) sehingga berada pada
kisaran sasaran inflasi 4,5±1%. Di tengah menurunnya kinerja ekspor,
pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan domestik yang tetap
kuat. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi makro dan sistem keuangan yang
kondusif sehingga memungkinkan sektor rumah tangga dan sektor usaha melakukan
kegiatan ekonominya dengan lebih baik. Selain itu, kuatnya permintaan domestik
di tengah melemahnya kinerja ekspor menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
neraca transaksi berjalan.
Perekonomian
Indonesia pada tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih tinggi, namun sejumlah
risiko dan tantangan perlu diantisipasi. Sejalan dengan membaiknya perekonomian
dunia, terutama pada semester II 2013, perekonomian Indonesia diprakirakan akan
tumbuh sebesar 6,3-6,8% dengan inflasi tetap terjaga sesuai dengan sasaran Bank
Indonesia sebesar 4,5±1%. Permintaan domestik diprakirakan tetap menjadi
penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Namun sejumlah tantangan dan risiko perlu
diantisipasi untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan.
Pertama, konsumsi BBM yang terus meningkat di tengah semakin menurunnya
produksi migas dalam negeri akan terus meningkatkan impor migas dan beban
subsidi sehingga semakin menambah tekanan terhadap kesinambungan fiskal dan
defisit transaksi berjalan. Kedua, struktur perekonomian dengan ketergantungan
impor yang tinggi khususnya untuk barang modal dan bahan baku, dalam jangka
pendek dapat menimbulkan kerentanan terhadap keseimbangan eksternal ketika
kegiatan investasi terus mengalami peningkatan. Dengan latar belakang tersebut,
kebijakan Bank Indonesia akan diarahkan pada upaya pencapaian keseimbangan
internal dan eksternal.
Dalam
hubungan ini, kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi
dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Arah kebijakan tersebut akan
dilakukan melalui lima pilar bauran kebijakan. Pertama, kebijakan moneter akan
ditempuh secara konsisten untuk mengarahkan inflasi tetap terjaga dalam kisaran
sasaran yang ditetapkan. Kedua, kebijakan nilai tukar akan diarahkan untuk
menjaga pergerakan rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Ketiga,
kebijakan makroprudensial diarahkan untuk menjaga kestabilan sistem keuangan.
Keempat, penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk mendukung efektivitas
kebijakan Bank Indonesia. Kelima, penguatan koordinasi Bank Indonesia dan
Pemerintah dalam mendukung pengelolaan ekonomi makro dan stabilitas sistem
keuangan.
·
Pembangunan
Ekonomi Tahun 2013
Tahun 2013 adalah tahun penuh perubahan dan
tantangan bagi perekonomian Indonesia. Di tengah berbagai masalah struktural
yang belum terselesaikan, perubahan kondisi ekonomi global di tahun 2013
memunculkan ancaman terhadap stabilitas makroekonomi dan kesinambungan
pertumbuhan ekonomi. Respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan
Pemerintah mampu mendorong ekonomi bergerak ke tingkat yang lebih seimbang dan
mengembalikan stabilitas makroekonomi. Ke depan, perekonomian Indonesia
diperkirakan lebih baik, meskipun berbagai risiko perlu terus diantisipasi.
Kebijakan Bank Indonesia di tahun 2014 akan tetap fokus pada upaya menjaga
stabilitas makroekonomi. Upaya-upaya ini tetap harus didukung oleh percepatan
reformasi struktural dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
·
Pembangunan
Ekonomi Tahun 2014
Tahun 2014 yang baru saja berlalu ternyata kembali menjadi
tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi global
tidak secerah prakiraan semula. Pemulihan memang terus berlangsung di berbagai
ekonomi utama dunia, namun dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan harapan
dan tidak merata. Harga komoditas dunia pun terus melemah karena permintaan
belum cukup kuat, khususnya dari Tiongkok. Di sektor keuangan, ketidakpastian
kebijakan the Fed telah meningkatkan kerentanan dan volatilitas di pasar
keuangan dunia. Sebagai negara berkembang (emerging market), kita turut
merasakan adanya pergeseran arus modal asing keluar dari Indonesia. Selain itu,
kita juga dapat mengamati adanya divergensi kebijakan moneter di negara-negara
maju. Berbeda dengan the Fed yang berencana melakukan normalisasi kebijakan
moneternya, bank sentral Jepang dan Eropa masih perlu menempuh kebijakan
moneter yang sangat akomodatif.
·
Pembangunan
Ekonomi Tahun 2015
Perekonomian
Indonesia 2015 mencatat perkembangan yang positif. Kinerja stabilitas makro ekonomi
semakin baik, sementara momentum pertumbuhan ekonomi mulai bergulir. Stabilitas
makroekonomi yang semakin membaik tercermin dari tercapainya target inflasi
tahun 2015 sebesar 4±1%, menurunnya defisit transaksi berjalan ke tingkat yang
lebih sehat, terkendalinya tekanan rupiah sejak triwulan IV 2015, serta
terpeliharanya stabilitas sistem keuangan. Mulai berlangsungnya momentum
pertumbuhan ekonomi ditandai oleh mulai meningkatnya pertumbuhan ekonomi sejak
semester II 2015.
Perubahan konstelasi ekonomi global sejak krisis 2008 lalu,
yang terasa begitu luas dan mendalam, telah memunculkan berbagai tantangan baru
yang semakin komplek dalam pengelolaan stabilitas makroekonomi. Di tengah
berbagai upaya yang terus ditempuh untuk mengatasi berbagai permasalahan
struktural di dalam negeri, perekonomian Indonesia selama tahun 2015 dihadapkan
pada rangkaian kejutan eksternal dalam perekonomian global, yang berdampak ke
Indonesia baik melalui jalur keuangan maupun perdagangan. Pemulihan ekonomi
global ternyata tidak sesuai harapan, berjalan lambat, tidak berimbang, dan
masih penuh ketidakpastian. Negara maju, terutama perekonomian Amerika Serikat
memperlihatkan pemulihan yang lebih solid. Sedangkan perekonomian negara
berkembang, terutama Tiongkok, mengalami perlambatan struktural sehingga memicu
kemerosotan harga komoditas, yang pada gilirannya terus menekan kinerja ekspor
Indonesia. Ketidakseimbangan dalam pemulihan ekonomi global tersebut
mengakibatkan terjadinya divergensi siklus kebijakan moneter antara berbagai
negara.
Kebijakan moneter di Amerika Serikat mulai memasuki periode
normalisasi, setelah dalam kurun waktu enam tahun suku bunga dipertahankan
sekitar nol persen. Sedangkan, kebijakan moneter di Eropa, Jepang, dan negara
berkembang semakin diperlonggar untuk menahan agar laju pertumbuhan ekonomi
tidak semakin melambat. Kemerosotan harga komoditas yang semakin berdampak
terhadap memburuknya kinerja ekonomi negara berkembang dan ketidakpastian
mengenai kecepatan dan besarnya kenaikkan suku bunga di Amerika Serikat menjadi
dua kekuatan utama yang mewarnai rangkaian gejolak di pasar keuangan global
selama tahun 2015, yang pada gilirannya berdampak pada menurunnya arus modal ke
negara berkembang termasuk ke Indonesia.
·
Pembangunan
Ekonomi Tahun 2016
Tahun 2016 yang pada awalnya diharapkan menjadi tahun
percepatan pemulihan ekonomi domestik kembali menjadi tahun yang penuh
tantangan seiring dengan perkembangan global yang masih belum menggembirakan.
Ekonomi global masih belum pulih seperti yang diharapkan dan tetap diwarnai
ketidakpastian. Dinamika ekonomi global pada 2016 berkisar pada tiga
permasalahan utama yang terjadi sejak 2015, yaitu pertumbuhan ekonomi dunia
yang belum kuat, harga komoditas yang masih rendah, dan ketidakpastian pasar
keuangan yang tetap tinggi. Pertumbuhan ekonomi dunia 2016 masih belum cukup
kuat, tercatat lebih rendah dibandingkan dengan capaian tahun 2015. Konsolidasi
ekonomi masih berlanjut di berbagai belahan dunia, termasuk Tiongkok. Seiring
dengan itu, volume perdagangan dunia juga melemah sejalan dengan turunnya
kinerja ekspor, khususnya negara berkembang termasuk Indonesia. Hal tersebut
berdampak kepada masih rendahnya harga komoditas dunia, setidaknya terjadi
hingga triwulan III 2016. Sementara itu, ketidakpastian di pasar keuangan
global terus meningkat terutama sebelum keputusan kenaikan Fed Funds Rate (FFR)
oleh bank sentral AS, yang ditandai dengan penguatan dolar AS. Permasalahan
ekonomi dunia bertambah kompleks menyusul terjadinya sejumlah peristiwa
geopolitik di sejumlah negara utama dunia.
Pada akhir semester I 2016, hasil referendum Inggris yang
memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit) memicu ketidakpastian karena
tidak sejalan dengan ekspektasi pasar. Ketidakpastian kembali meningkat saat
pelaku ekonomi menyikapi hasil pemilihan Presiden AS yang juga di luar
perkiraan. Ketidakpastian terutama bersumber dari rencana penerapan kebijakan
fiskal yang ekspansif di tengah besarnya beban utang pemerintah, kebijakan
perdagangan yang lebih protektif, dan kebijakan imigrasi yang lebih ketat.
SUMBER
:
No comments:
Post a Comment