jam

Friday 23 November 2012

Populasi Badak Jawa




BAB I
PENDAHULUAN
Istilah ekologi ( oikos = rumah, logos = ilmu ) pertama kali diperkenalkan oleh Haeckel pda pertengahan dasawarsa 1860-an. Secra sederhana ekologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
      Ruang lingkup kajian ekologi yang utama, yaitu perubahan populasi suatu spesies pada waktu yang berbeda-beda; perpindahan energi dan materi dari makhluk yang satu ke yang lainnya serta factor yang mempengaruhi; serta terjadinya hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
A.       Organisasi Kehidupan
Akibat terjadinya saling interaksi antarorganisasi maka terjadilah tingkatan-tingkatan organisasi kehidupan.

Individu -> Populasi -> Komunitas -> Ekosistem -> Bioma -> Biosfer
BAB II
POPULASI
Populasi adalah sekelompok individu sejenis yang menghuni areal dan pada waktu tertentu. Pengertian itu masih terlalu umum, sebab ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan. Bila kita menyebut populasi Badak Jawa adalah 1.000 ekor maka kita akan memberikan taksiran yang bisa salah. Untuk itu, dalam memebicarakan populasi harus diikiti nama jenis, waktu, tempat, serta kuantitasnya. Misalnya, jumlah populasi Badak Jawa di Ujung Kulon Tahun 2002.
Ada beberapa karakteristik populasi, yaitusebagai berikut.
a.      Kepadatan Populasi
Kepadatan populasi adalah jumlah individu sejenis persatuan luas pada waktu tertentu.
b.      Perubahan Kepadatan
Perubahan kepadatan populasi pada suatu areal disebabkan adanya perubahan jumlah individu organisme. Ada beberapa macam penyebab terjadinya perubahan populasi, yaitu sebagai berikut.
1)      Tingkat Kelahiran (natalitas) adalah bertambahannya individu baru karena kelahiran. Tingkat natalitas selalu positif atau paling tidak adalah nol. Besarnya natalitas dinyatakan dengan besarnya angka kelahiran dibagi dengan lamanya waktu dimana terjadi kelahiran. Pada Badak jawa mengalami kenaikan pada tahun 2010 dengan ditemukannya dua anak badak jawa yang tertangkap video jebak (video trap) pada November dan Desember 2010
2)      Tingkat kematian (mortalitas) adalah jumlah kematian persatuan waktu. Dalam ekologi istilah mortalitas digunakan untuk menunjukkan kemampuan suatu populasi menjadi lebih kecil anggkotanya. Jadi, tingkat mortalitas tidak pernah positif atau nol, tetapi selalu negative. Tingkat mortalitas menyatakan banyaknya individu yang mati dari suatu populasi persatuan waktu.

Tiga kerangka ekor badak jawa ditemukan di tempat berbeda yakni pada 20 Mei 2010
3)      Migrasi adalah perpindahan individu dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. Ada 2 macam migrasi, yaitu sebagai berikut.
a)      Imigrasi, yaitu bila individu-individu datang ke dalam batas-batas tempat populasi berbeda sehingga populasi bertambah.
b)      Emigrasi, yaitu bila individu-individu anggota populasi pergi keluar batas tempat populasi sehingga menurunkan jumlah populasi.
BAB III
POPULASI BADAK JAWA


A.      Ekologi Populasi Badak Jawa


Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badakyang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan Badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di pulau jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di india sertationgkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa,Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap .Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di asia tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan. Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah. Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak.Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak,Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak jawa. 
Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir besar. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kelompok kadang-kadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa menjadi musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan adanya bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.
A. Penyebaran dan habitat Badak Jawa
Taman Nasional Ujung kulon di Jawa adalah habitat bagi sisa badak Jawa yang masih hidup. Perkiraan yang paling optimistis memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 100 badak Jawa masih ada di alam bebas. Mereka dianggap sebagai mamalia yang paling terancam; walaupun masih terdapat badak Sumatra yang tempat hidupnya tidak dilindungi seperti badak Jawa, dan beberapa pelindung alam menganggap mereka memiliki risiko yang lebih besar. Badak Jawa diketahui masih hidup di dua tempat, Taman Nasional Ujung kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terletak sekitar 150 km sebelah utara Kota Ho Chi  Minh.
Binatang ini pernah menyebar dari Assam dan Benggala (tempat tinggal mereka akan saling melengkapi antara badak Sumatra dan India di tempat tersebut) ke arah timur sampai Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di semenanjung malaya, serta pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir besar atau daerah basah dengan banyak kubangan lumpur. Walaupun dalam sejarah badak jawa menyukai daerah rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang lebih tinggi (diatas 2.000 m), yang disebabkan oleh gangguan dan perburuan oleh manusia.
Tempat hidup badak jawa telah menyusut selama 3.000 tahun terakhir, dimulai sekitar tahun 1000 SM, tempat hidup di utara badak ini meluas ke Tongkok, tetapi mulai bergerak ke selatan secara kasar pada 0.5 km per tahun karena penetap manusia meningkat di daerah itu. Badak ini mulai punah di India pada dekade awal abad ke-20. Badak Jawa diburu sampai kepunahan di semenanjung Malaysia tahun 1932. Pada akhir perang Vietnam, badak Vietnam dipercaya punah sepanjang tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang hutan di Kamboja mengklaim melihat badak jawa di pegungan cardamom , tetapi survey pada daerah tersebut gagal menemukan bukti. Populasi badak Jawa juga mungkin ada di pulau Kalimantan, walaupun spesimen tersebut mungkin merupakan badak Sumatra, populasi kecil yang masih hidup disana.
B. Ujung kulon 
Semenanjung Ujung Kulon dihancurkan oleh letusan gunung kerakatau tahun 1883. Badak Jawa mengkolonisasi kembali semenanjung itu setelah letusan, tetapi manusia tidak pernah kembali pada jumlah yang besar, sehingga membuat sebuah tempat berlindung. Pada tahun 1931, karena badak Jawa berada di tepi kepunahan di Sumatra, pemerintah Hindia-Belanda menyatakan bahwa badak merupakan spesies yang dilindungi, dan masih tetap dilindungi sampai sekarang. Pada tahun 1967 ketika sensus badak dilakukan di Ujung Kulon, hanya 25 badak yang ada. Pada tahun 1980, populasi badak bertambah, dan tetap ada pada populasi 50 sampai sekarang. Walaupun badak di Ujung Kulon tidak memiliki musuh alami, mereka harus bersaing untuk memperebutkan ruang dan sumber yang jarang dengan banteng liar dan tanaman Arenga  yang dapat menyebabkan jumlah badak tetap berada dibawah kapasitas semenanjung.Ujung Kulon diurus oleh menteri Kehutanan Republik Indonesia. Ditemukan paling sedikit empat bayi badak Jawa pada tahun 2006.
Foto induk Badak Jawa beserta bayinya, diperkirakan berumur sekitar 4 – 6 bulan, berhasil diabadikan oleh tim WWFpada November 2007. Ketika difoto, bayi badak tersebut sedang menyusu ibunya. Keberadaan badak tersebut diketahui ketika ditemukan jejak badak berukuran 15/16 cm di sekitar daerah aliran sungai Citadahan pada tanggal 30 oktober 2007. Hal ini merupakan kabar gembira karena membuktikan adanya kelahiran badak baru di Ujung Kulon.



Pertumbuhan populasi badak Jawa di Ujung Kulon

Tahun
Minimum
Maksimum
Rata-rata

1967
21
28
24.5

1968
20
29
24.5

1971
33
42
37.5

1982
53
59
56

1993
35
58
47

Sumber: Strategi Konservasi Badak Indonesia - Dirjen PHPA Dephut RI.

IV. KESIMPULAN
Badak Jawa yang hidup berkumpul di satu kawasan utama sangat rentan terhadap kepunahan yang dapat diakibatkan oleh serangan penyakit, bencana alam seperti tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi.
Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamaliaterlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon  pulau Jawa, Indonesia.
Kini, Populasi Badak bercula satu (Badak Jawa) yang hanya 30-an ekor ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan populasi saudaranya, Badak Sumatera yang diperkirakan berkisar antara 215 -319 ekor. Juga jauh lebih sedikit ketimbang populasi satwa lainnya seperti Harimau sumatra (400-500 ekor), Elang Jawa  (600-an ekor), Anoa (5000 ekor).